REZA NOVIAN, SALAH SEORANG OWNER DARI “TOKO KAMI”, BERBAGI KISAH USAHA DAN STRATEGI BRANDING BERSAMA MAHASISWA IAIN PONTIANAK

Pontianak, (fdki.iainptk.ac.id) – Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak kembali menghadirkan pelaku industri kreatif dalam kegiatan Kuliah Tamu mata kuliah KPI Preuner. Kali ini, mahasiswa mendapatkan inspirasi langsung dari Reza Novian, salah seorang pemilik dari usaha kuliner Toko Kami, yang telah dikenal sebagai pelopor menu kudapan khas Indonesia dengan sentuhan lokal dan konsep modern.

Acara yang dipandu oleh dosen pengampu Muhammad Khalil Gunawan, M.I.Kom, serta turut dihadiri oleh Ayong Sari, M.Sos., ini berlangsung interaktif dan menggugah semangat kewirausahaan mahasiswa. Dalam sesi tersebut, Reza membagikan perjalanannya memulai bisnis sejak 31 Oktober 2021, yang dirintis dari riset sederhana berdasarkan data BPS. Ia menganalisis wilayah dengan potensi pasar seperti Pontianak Timur dan Barat, serta daya beli tinggi di Pontianak Kota, terutama daerah Margosari.

“Usaha tidak selalu harus besar di awal, yang penting kita tahu dari mana harus mulai. Data bisa jadi senjata utama untuk melihat peluang,” ujar Reza.

Reza juga membahas pentingnya komunikasi visual dalam membangun identitas merek. Toko Kami memilih warna merah sebagai warna dominan dan memberikan pengalaman berbeda lewat penyajian menu seperti Nasi Sei Sapi dan Nasi Telor Himalayah, yang tidak hanya enak tapi juga memiliki cerita di balik namanya.

Dalam pengelolaan bisnis, ia memilih pendekatan praktis namun efisien. Seluruh sistem operasional dibangun berbasis otomatisasi untuk mencatat persediaan, transaksi, dan kegiatan harian. Ia percaya bahwa sistem yang baik lebih penting daripada hanya mengandalkan orang per orang. “Kepercayaan itu penting, tapi sistem yang stabil jauh lebih penting untuk menjaga kesinambungan,” ungkapnya.

Mahasiswa juga diajak melihat sisi lain dari dunia usaha, seperti tantangan menghadapi penurunan penjualan akibat cuaca, keterbatasan bahan baku, dan dinamika membentuk tim kerja dari berbagai latar belakang. “Saya sendiri seorang introvert, jadi awalnya sulit memimpin tim. Tapi dengan komunikasi yang pelan-pelan dibangun, semuanya bisa diatasi,” tambahnya.

Dalam menjawab tantangan era digital, Toko Kami bermitra dengan platform seperti GoFood dan Gojek, yang kini menyumbang hampir setengah dari total penjualan. Bahkan di beberapa lokasi seperti Imbon, penjualan daring bisa mencapai 60%.

Reza juga berbagi pentingnya legalitas usaha, mulai dari pengurusan sertifikat halal hingga izin operasional dari AKAMSI. Ia mendorong mahasiswa untuk tidak hanya fokus pada produk, tapi juga memperkuat branding pribadi serta pengetahuan dasar bisnis seperti perpajakan.

Nama Toko Kami sendiri merupakan singkatan dari Kudapan dan Aneka Makanan Indonesia, yang mencerminkan misinya memperkenalkan ragam kuliner Nusantara secara luas, namun tetap ramah dan akrab di hati konsumen.

Di akhir sesi, dosen pengampu Muhammad Khalil Gunawan menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan hanya untuk memberikan inspirasi, tetapi juga menanamkan pemahaman bahwa membangun bisnis adalah soal proses, bukan sekadar angka. “Mahasiswa perlu melihat dunia usaha secara nyata, agar kelak mampu membangun gagasan mereka dengan pondasi yang kuat,” ucapnya.

Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa KPI untuk menggali wawasan dan menumbuhkan semangat berwirausaha dengan pendekatan yang kreatif, adaptif, dan kolaboratif.

Penulis : Muhammad Khalil Gunawan, M.I.Kom

editor : acip doang