Jakarta, (fuad.iainptk.ac.id) – Kamis (14/11/2024) merupakan hari ke 10 mahasiswa IAIN Pontianak, Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir melakukan PPL di LPMQ. Pagi hari ini mahasiswa diberikan materi terkait pengenalam Museum Istiqlal yang disampaikan oleh Bapak Ibnu A’thoillah, seorang tokoh penting dalam pengelolaan dan pengembangan museum di lingkungan Lembaga Pengelola Masjid Istiqlal (LPMQ). Dalam sesi tersebut, beliau menjelaskan sejarah, fungsi, serta koleksi yang terdapat di Museum Istiqlal kepada para mahasiswa PPL IAIN Pontianak.
Dalam paparannya, Bapak Ibnu A’thoillah mengawali dengan penjelasan mengenai sejarah berdirinya Museum Istiqlal. Beliau menyampaikan bahwa museum ini didirikan sebagai bagian dari upaya melestarikan sejarah dan budaya Islam di Indonesia, serta menjadi ruang edukasi bagi masyarakat luas. “Museum Istiqlal bukan hanya tempat menyimpan artefak, tetapi juga sarana untuk sarana edukasi bagi masyarakat dan sarana penelitian bagi peneliti ataupun mahasiswa,” ujar Bapak Ibnu.
Selanjutnya, beliau menjelaskan fungsi utama museum yang tidak hanya sebagai tempat penyimpanan koleksi benda-benda bersejarah, tetapi juga sebagai media edukasi dan pembelajaran bagi generasi muda. “Museum memiliki peran penting dalam menjaga identitas budaya dan agama, serta mendidik masyarakat tentang nilai-nilai sejarah yang terkandung dalam setiap artefak yang dipamerkan,” jelasnya.
Adapun mengenai koleksi museum, Bapak Ibnu A’thoillah mengungkapkan bahwa Museum Istiqlal memiliki beragam koleksi yang mencakup artefak keagamaan, dokumen sejarah, hingga benda-benda seni Islam. “Museum Istiqlal memiliki manuskrip al-Qur’an kurang lebih 70an, selain itu juga memiliki al-Qur’an yang berasal dari NTB ceritanya al-Qur’an itu memang dipakai turun menurun di kerajaan Bima” ujar bapak Ibnu. Selain memiliki koleksi manuskrip al-Qur’an, meseum istiqlal juga memiliki koleksi manukrip tafsir al-Qur’an, buku-buku tentang khazanah Islam seperti buku fiqih, tauhid, tasawuf, dan lain-lain. “Di museum Istiqlal juga terdapat koin dinasti umayyah, kendi, nisan dari kandang XII Aceh, nisan dari Mojokerto, mesin ketik braille dan maih banyak lagi benda-benda bersejarah lainnya”, ujar bapak Ibnu.
Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab, di mana para peserta antusias menanyakan lebih lanjut mengenai peran Museum Istiqlal dalam mendukung kegiatan edukasi dan pelestarian sejarah di Indonesia.
Setelah mendapatkan materi seputar museum Isiqlal, siangnya mahasiswa diajak berkeliling ke ruangan penyimpanan manuskrip. Diruangan tersebut banyak sekali tersimpan manuskrip-manuskrip, seperti manuskrip dari Aceh, Bima, mushaf bahriah dan lain sebagainya. “manuskrip ini biasanya di tulis menggunakan kertas Eropa dan kertas daluang:, ujar bapak Ibnu. Di ruangan ini mahasiswa diperlihatkan mushaf terindah sedunia, yang diberi nama mushaf Istiqlal. Mushaf tersebut ditulis tangan dengan hiasan iluminasi yang sangat indah.
Dengan kegiatan ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang mengenal lebih dalam tentang Museum Istiqlal dan fungsinya sebagai pusat edukasi serta pelestarian sejarah Islam di Indonesia.
Penulis: Meisya Dewi Putri dan Aisy Elbaridah