Malaysia, (fdki.iainptk.ac.id) – Di bawah terik matahari siang, sekelompok mahasiswa dari program pengabdian masyarakat tampak menyusuri jalan kecil di Kampung Biawak, Sarawak. Ditemani oleh dua tokoh perempuan lokal yang disegani—Makcik Yati dan Makcik Wada—rombongan ini melaksanakan kegiatan keliling kampung sebagai bagian dari agenda pemahaman budaya dan sosial masyarakat setempat.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan para mahasiswa terhadap struktur sosial, kondisi lingkungan, serta potensi lokal yang dimiliki oleh Kampung Biawak. Dengan berbekal payung dan semangat belajar, para peserta menyapa warga, mengamati rumah-rumah tradisional, serta mencatat berbagai informasi penting terkait kehidupan sehari-hari masyarakat kampung.
Menurut penuturan Makcik Yati, kegiatan ini bukan sekadar jalan-jalan biasa, tetapi bagian dari proses edukasi informal untuk memperkenalkan nilai-nilai lokal kepada generasi muda.
“Banyak hal yang tidak bisa dipahami hanya dengan duduk di kelas. Kalau nak faham masyarakat, harus turun ke lapangan, lihat sendiri, rasa sendiri,” ujar Makcik Yati sambil memandu mahasiswa ke salah satu sudut kampung yang masih mempertahankan rumah kayu tradisional.
Makcik Wada, yang juga turut serta dalam kegiatan ini, menambahkan pentingnya menjaga hubungan baik antara pendatang dan masyarakat tempatan. Ia menekankan bahwa pendekatan yang santun dan komunikasi terbuka adalah kunci utama dalam memahami dan diterima oleh komunitas desa.
“Warga di sini sangat terbuka, asal tahu cara hormati dan bergaul. Mahasiswa harus banyak bertanya, jangan malu,” tutur beliau dengan ramah.
Para mahasiswa terlihat antusias dan aktif berdialog dengan warga yang mereka temui sepanjang perjalanan. Beberapa mencatat, mengambil foto dokumentasi, dan berdiskusi secara langsung dengan penduduk tentang sejarah kampung, mata pencaharian, serta tantangan yang dihadapi masyarakat.
Kegiatan keliling kampung ini menjadi salah satu momen penting dalam rangkaian Program Kemasyarakatan Mahasiswa (PKM) Kolaboratif yang sedang berlangsung. Selain meningkatkan empati sosial dan wawasan kultural, kegiatan ini juga diharapkan membuka ruang kolaborasi konkret antara mahasiswa dan masyarakat desa.
Dengan bimbingan tokoh-tokoh lokal seperti Makcik Yati dan Makcik Wada, proses pengabdian tidak hanya menjadi kegiatan formalitas, tetapi juga sebuah perjalanan yang sarat makna, menyentuh hati, dan membuka cakrawala berpikir para mahasiswa tentang pentingnya mendengar dan belajar dari akar rumput.
Penuli : M. Vito
editor : acip doang