Pontianak, (fdki.iainptk.ac.id) – Lomba menulis pada cabang Karya Tulis Ilmiah Alquran (KTIQ) Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Provinsi Kalimantan Barat XXXIII tahun 2025, sudah selesai. 26 peserta sudah bertarung menjadi yang terbaik di babak penyisihan, sisanya 12 orang bertarung pada babak semifinal, dan selanjutnya 6 orang berlaga di babak final. Masing juara 1, 2, dan 3 sudah ditetapkan. Penulis dan presentasi terbaik sudah dinamakan.
Banyak orang yang saya temui mengungkapkan takjub pada peserta lomba cabang ini. Mereka takjub karena kemampuan peserta menulis makalah dalam sekali duduk, dalam waktu 9 jam, dalam seharian. Orang biasa tidak akan mampu.
“Wah… bisa keriting tangan,” kata seorang petugas.
“Berasap kepala,” kata yang lain.
Lebih tangguh lagi mereka diminta menulis makalah dengan baik. Makalah yang jadi dan bagus.
Mengamati proses dan hasil yang luar biasa dari lomba cabang ini, saya sempat mendiskusikan ini dengan ketua hakim KTIQ, Prof. Dr. Wajidi. Setelah lomba ini, selanjutnya apa? “Sayang ya, kalau potensi mereka dilewatkan begitu saja, dibiarkan berkembang alami”.
Menurut Pak Wajidi, diskusi mengenai hal ini sudah muncul sejak lama. Sewaktu LPTQ Kalbar dipimpin oleh Bapak M. Zeet Assovie (semoga dilimpahkan rahmat Allah) sudah gagasan untuk aksi tindak lanjut dengan membentuk Quranic Studies Center.
Wah, rupanya sudah ada. Sebelumnya saya berpikir mewujudkan semacam akademi yang berada di bawah naungan LPTQ. Akademi inilah yang mengumpulkan dan mendrive potensi yang dimiliki anak-anak Kalbar dalam bidang kajian Alquran.
“Kan di kampus ada kajian Alquran, mungkin arahnya bisa ke sana,” ujarnya.
Melihat suasana lomba, melihat wajah-wajah peserta, melihat gairah dan semangat yang muncul, rasanya tidak akan sulit mewujudkannya. Modal dasarnya sudah ada. Mereka dapat dijadikan sebagai bagian dari penggerak pusat studi atau apalah namanya.
Jika ini terwujud maka jawaban dari pertanyaan di atas dapat terjawab. Dengan demikian manfaat dari penyelenggaraan lomba tiap tahun ini akan melebihi dari apa yang diharapkan di awal. Hasilnya akan lebih dari sekadar juara lomba. Buahnya akan menjelma melalui kelahiran penulis dan ilmuan tafsir lokal. Insyaallah. (*)
Oleh: Dr. Yusriadi, MA. (Dekan FDKI dan Hakim Cabang KTIQ MTQ XXXIII Kalbar)